Selasa, 22 Juni 2010

1.Early Stories (1)

Sakura Eye’s
Huah!! Bosan aku lama berada didalam pesawat. Sakit semua, oh iya.. kakak mana ya? Katanya mau datang menjemputku. Apa dia terlambat?
Kenalkan namaku Sakura Nagashiwa. Aku pindahan dari Mesir, nanti di Tokyo aku akan tinggal dengan kakakku. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang datang menghampiriku dan bertanya, “Namamu Sakura Nagashima bukan?”.
Jangan-jangan dia penculik? Aku menggeser langkahku menjauhi laki-laki itu. Dengan tatapan menyebalkan dia memegang pundakku dengan erat, “Aku bukan penculik, aku datang kesini untuk menjemputmu. Kakakmu sedang berlatih baseball di Osaka karena besok akan ada pertandingan besar.”
Dengan senyum yang lumayan memaksa dari lubuk hatiku aku menjabat tangannya, “Eh, untunglah. Maaf sudah mengiramu tidak-tidak. Kalau begitu, perkenalkan aku Sa..”. Belum aku menyelesaikan perkataan dia sudah pergi membawa koperku. “Akan kuantar kau ketempat kakakmu menginap selama di Osaka.”
Ucapan yang dingin, sikap yang sok cool karena belum kenal. Huh! Dasar laki-laki menyebalkan! Kenapa pula kakak menyuruhnya untuk menjemputku? Aku akan memutar otak jika ada wanita yang mau berpacaran dengannya. Aku hanya cemberut dan menggembungkan pipiku. “Heh, dasar gadis menyebalkan, sudah aku jemput masih saja menggerutu. Apa yang sebenarnya kau inginkan?” dengan nada yang menantangku. Kuhajar kau dengan kendo yang aku pelajari selama ini. “Kau itu yang menyebalkan, tampak wajah yang sok.” Tampak dari wajahnya yang tak terima dengan perkataanku tadi. Rasakan, dengan seulas senyum yang aku perlihatkan.
Sesampainya dipenginapan, dia lagsung menaruh tasku dan menyeretku masuk ke taksi kembali. Dasar laki-laki tak bisa sopan pada wanita. Setiba dilapangan kakak yang baru saja selesai berlatih datang menghampiri aku. “Kau sudah datang, Sakura. Maaf ya kakak tak bisa menjemput,” . “ Sebenarnya tak apa kalau kakak tak bisa menjemputku, tapi aku sedikit tidak suka dengan orang ini, tak bisa bersikap baik pada wanita(melirik kearah dia). Dia siapanya kakak sih?” Terlihat wajahnya yang tak begitu menyukai perkataan yang baru saja aku lontarkan tadi. “Dia teman kakak. Harusnya kau berterima kasih padanya karena sudah mau menjemputmu. Ini, Heiji. Tiket menonton baseball, ajak-ajak kawanmu ya,”. “Tentu saja, aku akan mengajak temanku. Terima kasih atas tiketnya ya..(menjulurkan lidah kearahku).” Sialan laki-laki ini! Awas saja kalau kita bertemu lagi!
“Heiji!” panggil kakakku saat bayangan Heiji mulai menghilang. Entah kenapa aku merasa tidak enak akan firasatku. Dan.. kakakku datang berkata, “Aku ingin kau melihat pertandingan ini. Jadi aku meminta Heiji untuk menemanimu. Kau maukan, Sakura?” Tuhkan benar apa kata firasatku. Aku hanya dapat tersenyum, aku lihat disisi kanan Heiji sedang memukul-mukul kecil kepalanya. Bisa aku fikirkan, kalau dia sedang terpaksa.
“Kau apa boleh aku datang kesini sendiri?” tanyaku berharap. “Memang kau sudah tahu jalan?”. GLEK! Aku lupa kalau aku baru saja datang dari Mesir. Aku juga tak ada teman. Matilah aku bersama laki-laki menyebalkan itu. “Akukan bisa naik taksi, kak. Boleh ya aku menonton sendiri?” ujarku memohon. “Tak akan aku izinkan. Kau disinikan baru saja kenal dengan Heiji Hattori saja, jika ada apa-apa terjadi padamu aku bisa dibunuh oleh ibu.” Matilah aku!

Rizuki Eye’s
Huh! Kak Kaito bodoh! Katanya mau datang lebih awal dari aku. Sekarang aku yang malah menunggu dia(celingak-celinguk).
Akan aku perkenalkan diriku.. Namaku.. tiba-tiba entah hanya perasaanku, aku melihat seorang gadis melabaikan tangan padaku. Segera aku melihat kesisi kanan dan kiri. Tapi dia memanggil namaku dengan jelas. Dia memanggil, “Fujisawa Rizuki!” dengan semangatnya. Yak! Barusan saja kalian dengar namaku. Itu dia namaku, aku baru saja berpindah dari Prancis untuk meneruskan sekolah di Tokyo, tapi.. kenapa gadis itu tahu namaku? Aku rasa dia hanya tahu namaku. Aku harus pergi dari sini dan mencari Kak Kaito dimana. Tiba-tiba didepanku ada seorang laki-laki yang menghadangku, “Lama tak bertemu, Rizu,” ujarnya sambil memegang tanganku. “Kak.. Kaito.. kau dari mana saja? Dari tadi aku mencarimu!” aku tak percaya apa yang aku lihat sekarang, Kaito Kuroba yang aku kenal dulu masih kecil dan tak jauh beda tingginya dengan aku. Sekarang dia berada 6 cm lebih tinggi dari aku. Semua berubah dengan cepat.
“Kami berdualah yang susah mencari kau kesana kesini. Kau memang tak bisa diam ditempat ya?” tanya dia dengan nada yang meremehkan. Sialan! Kau fikir aku perempuan apa yang tak bisa diam. “Berdua? Aku tak lihat kau kemari bersama orang tuamu. Siapa yang kau ajak?” tanyaku melihat kearah belakang badannya. Sambil memegang tanganku(lebih tepat memaksa)dia memberikan tangan seorang gadis yang berada dibelakangnya. Aku perkirakan umurnya sama dengan aku, dan tingginya.. sama dengan aku. “Aku perkenalkan dia Raft Tsukiyomi, pacarku,” katanya sambil menatap wajah Raft yang tampak dingin namun terdapat seulas senyum.
“Kaukan gadis yang tadi melambaikan tangan kearahku. Maaf ya, aku kira kau melambaikan tangan keorang lain,” ujarku sambil menjabat tangannya. “Bagaimana kau bisa melambai pada orang lain kalau aku menyebut namamu dan melambaikan tangan padamu?” katanya dingin. Oke, kesan pertama pada gadis ini, dingin. Mungkin baik jika aku bicara baik padanya. Aku hanya tersenyum mendengar jawabannya.
“Baik, aku antar kau kerumah. Oh iya, paman tidak ikut ke Tokyo?” tanya Kaito dengan tangan kanan memeganggi tangan kiri Raft dan tangan kirinya membawakan sebagian tas bawaanku. “Ayah sedang sibuk mengajar di Prancis. Tsukiyomi, kau tinggal bersama siapa?”
“Panggil aku Raft, aku tinggal bersama Keluarga Kudo. Orang tuaku sedang sibuk di L.A,” jawabnya sambil tersenyum. Wah! Dia manis sekali kalau tersenyum! “Di L.A.. Apa yang mereka lakukan?” tanyaku dengan antusias. “Ibuku sedang syutting film hingga memakan waktu cukup lama. Aku dengar ibumu menjabat polisi ya di Tokyo?” Tak aku kira aku bisa berbicara dengannya dengan lancar. Kalau dilihat-lihat sifat kami hampir sama yaitu stay cool. “Ya begitulah.”
“Kau mau ikut aku nanti malam, Fujisawa?” tanya dia tersenyum. “Panggil Rizu saja. Ikut kemana?” tanyaku sambil menatap Kaito yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ikut kemana?” tanyaku sekali lagi.
“Balapan liar denganku. Mau tidak?” tanya Raft dengan senyum yang menantang. Pertemuan dan kesan pertama tentang gadis ini sungguh luar biasa! “ Kau fikir aku akan menolak ajakanmu yang menantang itu, Raft?” balasku dengan senyum yang juga menantang. Kaito hanya mengelengkan kepala melihat tingkah kami.

Raft Eye’s
Ternyata saudara jauh Kaito lumayan juga untuk aku ajak bermain adrenalinnya, tanpa rasa takut dia menerima tantanganku.
“Baiklah nona Rizu. Nanti malam akan aku jemput kau dirumah Kaito pukul 8. Aku harap kau sudah mempersiapkan semua termasuk oksigen cadangan,” balasku dengan semangat. “Oh iya, Kaito. Kau antarkan aku pulang ya. Lewat pintu belakang tentunya.”
“Tentu saja, aku tak ingin ketahuan oleh kakakmu yang lumayan bawel itu.” Akan aku perkenalkan diriku, aku Raft Tsukiyomi(kurasa tadi Kaito sudah bilang). Aku blasteran dari ibu L.A dan ayahku Jepang, mau tahu kenapa mereka bisa bertemu? Tanya saja mereka sendiri. Tapi besok, saat mereka sudah kembali dari L.A. Aku tinggal bersama sama keluarganya Shinichi Kudo, kami berdua saudara sepupu.
“Raft, kau sekolah dimana?” tanya Rizu yang tiba-tiba menepuk bahuku. “Ehm.. Itu aku satu sekolah dengan Kaito. Kebetulan pula aku adik kelas Kaito.” Aku melihat dari wajahnya yang menunjukan senyum lebar. “Benarkah? Berarti nanti kita satu sekolah ya? Semoga kita satu kelas juga ya.”
“Baiklah, Raft. Ini sudah sampai dirumahmu,” kata Kaito dengan senyuman manisnya. Kami berdua sudah lumayan lama berpacaran sekitar satu tahun. Tapi semua ini tak diketahui oleh Kak Shinichi, bisa dikatakan kami backstreet. “Sampai jumpa nanti malam, Rizu,” ujarku sambil mengedipkan sebagian mataku. Lalu mobil itu pergi. Tak aku kira, baru beberapa jam yang lalu kami berkenalan, kami sudah kenal dekat. Senang rasanya. “Kau dari mana saja?” tanya seorang laki-laki dibelakangku. GLEK! Kak Shinichi! Apa di dia sudah berada disitu sejak tadi? Bisa mati aku!
“Tenang saja aku barusan datang. Aku kemari saat mendengar suara mobil menyala. Kau dari mana saja, hah?” tanya kak Shinichi dengan nada yang lumayan dingin. “Aku.. tadi baru saja menjemput adiknya temanku, kak.” “Hoo.. lalu kenapa ponselmu dimatikan?” tanya dia lagi layak diintrogasi. Tuhan! Kirimkan aku bantuan agar aku lepas dari introgasi ini! Aku mohon Tuhan!
“Raft ada telefon dari temanmu!” panggil bibi. Iyez! Aku bebas! Permisi Kak Shinichi. “Aku mau mengangkat telfon dulu, kak. Permisi,” kataku sambil menjauh dari Kak Shinichi. “Halo siapa ini?” tanyaku dengan semangat. Terdengar diujung suara ini ada suara laki-laki, “Ini aku Hattori. Kau dan kakakmu akan aku ajak menonton baseball di Kohsyien. Mau tidak?”
“Kapan memangnya?” tanyaku dengan mata melirik kearah Kak Shinichi. “Besok, jadi besok pagi kau dan Kudo datang kemari, bagaima..” belum Heiji menyelesaikan pembicaraannya, “TENTU KAMI IKUT!” jawabku dengan keras. “Emh, ba.. baiklah. Tapi kau tak perlu berteriak sekencang itu!” ujarnya agak marah. “Maaf ya.. sudah aku akan bilang ke Kak Shinchi,” belum sempat dia mengicapkan salam perpisahan sudah aku tutup telfonya.
“Kak, kita diajak menononton baseball dengan Kak Heiji, mau ikut?” tanyaku sedikit takut-takut. Dia hanya mengganggguk. Hah.. aku terbebas dari kutukan untuk sementara ini tepatnya. Aku lekas kekamar untuk memersiapkan pakaian dan lain-lain saat di Osaka. Dan sekaligus mempersiapkan aku untuk nanti malam berbalap liar di gunung-gunung.

Shinichi Eye’s
Belakangan ini sikap Raft agak berubah, kenapa dengannya? Ah.. aku saja yang terlalu khawatir padanya.
Kenalkan aku Shinichi Kudo, detective yang lumayan terkenal di kalangan anak-anak SMU. Aku selalu saja menyombongkan diri dalam hal ini. “Kapan kita akan ke Osaka, Raft?” tanyaku sambil membaca novel yang baru saja kemarin aku beli. “Besok pagi kita akan berangkat, kata Kak Heiji pertandingannya besok pukul 10. Aku mau kekamar,” ujarnya setelah menjawab pertanyaanku. Ya, itulah Raft. Sikap stay cool yang selalu dikeluarkan. Saat aku tanya dia meniru siapa dengan mudah dia menunjukku dan pergi begitu saja. Baiklah, itu berarti aku harus mempersiapkan semua barang-barang yang aku butuhkan untuk mempermudah pemberangkatan.
Tak lama kemudian Raft keluar dari kamarnya dengan baju yang serba hitam. Hah?! Hitam? Dia mau kemana? “Kau mau kemana, Raft?” tanyaku dengan terbelalak melihat sikapnya. “Aku.. hanya mencoba-coba mobil saja. Dan mungkin akan pulang malam. Sampai jumpa, Kak Shinichi.”
Pasti dia ingin melihat balapan liar itu lagi, ah sudah biarlah. Yang terpenting dia tak balapan. Aku menuju kamar dan mengambil barang yang aku butuhkan untuk besok, setelah selesai aku akan membaca novel itu lagi. Rasanya aku sudah 5 kali membacanya.

Heiji Eye’s
Kenapa rasanya aku sial dalam hari ini! Menemani adiknya Itachi dipertandingan?! Mati berdiri aku disana!
Baiklah, kenalkan aku Heiji Hattori. Ayahku seorang kepala polisi di Osaka dan aku mendapatkan sifatnya. Aku terkadang membantu Shinichi dalam menyelesaian kasus, atau malah aku bisa sendiri. Hah.. aku lebih terima jika aku menemani seorang berada di rumah sakit dibandingkan bersama gadis yang menyebalkan itu, tapi jika aku bilang begitu pada Itachi, dia akan marah besar padaku. Sudahlah, toh ya Cuma 1 tahun sekali bertemu dengan gadis menyebalkan itu.
“Kau ini sedang memikirkan apa?” tanya ibuku yang membubarkan semua lamunanku. Hah.. Syukurlah aku bisa keluar dari lamunanku! Terima kasih, ibu! “ I.. ibu.. tak apa,” jawabku memakai topi yang biasa aku bawa. “Sekarang kau mau kemana lagi?” tanya ibu dengan tenang. Mungkin ibu sudah tahu kalau aku memakai topi itu berarti akan pergi. “Hanya berjalan-jalan saja. Daa ibu!”(melambaikan tangan) Baiklah aku akan menuju toko buku untuk mencari novel yang selama ini aku cari.

Kaito Eye’s
Wah wah.. baru saja Rizu berkenalan dengan Raft mereka sudah bisa dekat. Tak aku kira mereka bisa berbicara dengan santai.
Perkenalkan aku, namaku Kaito Kuroba. Saudara jauh dari Rizuki, rumah kami juga berseberangan. Aku memiliki rahasia besar yang hanya diketahui oleh Rizu dan Raft, rahasianya adalah aku ini Kaito KID. Hoho.. seorang pencuri yang terkenal dikalangan para gadis-gadis cantik. Tapi, aku hanya satu hati untuk Raft seorang(Ciela) . Kalian tahu kenapa aku bisa menyukai Raft, kami bertemu pertama kali saat Shinichi sedang memecahkan kasus dan dia datang bersama adiknya. Diantara gadis-gadis lain, dia hanya terlihat dia saat aku datang ketempat itu. Bahkan saat aku mengatakan rahasia terbesarku, dia hanya tersenyum dan pergi. Sekarang mari kita lihat apa yang sedang Rizu lakukan, hm.. benar-benar seperti Raft. Dia sudah siap berbalap.
“Ada apa sih, Kak Kaito? Dari tadi senyam senyum sendiri?” Ternyata Rizu dari tadi memperhatikan aku ya? Waduh!
“Tak apa. Aku hanya kagum padamu..” cara cari alasannya susah sekali. “Kagum kenapa?” tanya dia lagi. Lha masih tanya! Apa dia tak tahu ya aku susah cari alasan! “Ka.. kagum karena kau.. bisa cepat dekat dengan Raft! Ya benar!” ujarku sambil menggaruk-garuk kepalaku. Padahal sedang tidak gatal. Awas kau tanya lagi!

They Eye’s
Terlihat dari jauh mobil milik Raft datang menghampiri rumah Kaito. Tak selang lama dia membunyikan bel mobilnya. “Iya! Sebentar, Raft!” tampak Rizuki tergesa-gesa menuju mobil yang ditumpangi oleh Raft. Tersirat senyum kecil dibibir Raft melihat tingkah Rizuki. “Aku terlambat ya, Raft?” tanya Rizuki dengan takut. “Kau datang dengan tepat waktu, Rizu.”
“Selamat bersenang-senang,” ujar Kaito dengan menaruh senyum pada Raft dan Rizu. “Baiklah! Segera berangkat! Oh iya! Rizu, malam ini ibumu sedang bertugas disekitar area berbalap. Aku sarankan, kau untuk hati-hati.”
“Tenang saja, akukan bersama pembalap handal. Benarkan, Raft?” tanyaku padanya, tiba-tiba dia menancapkan gas dan meninggalkan Kaito. Rizuki hanya dapat tercegang saat Raft mengendarai mobil dengan lihainya. “Kita mulai, nona Rizu,” ujarnya dan menambah laju kecepatan. “Rizu, aku mengundangmu dan Kaito dalam perlombaan baseball. Kau mau datang?” tanya Raft.
“Te.. ntu saja.. aku boleh meminta sesuatu? Bisakah kau sedikit pelan?” tanya Rizuki dengan wajah pucat. “Inilah balapan liar yang sesungguhnya.”

:)
Sakura hanya menggembungkan pipinya saat kakaknya terus menerus menceramahinya tentang keadaan Jepang. “Kau harus benar-benar hati-hati dikota ini, Sakura. Orang yang kau kenal disini hanya aku dan Heiji. Kau malah mau naik taksi sendiri?” terus dan terus. “Kakak! Aku sudah dewasa! 15 tahun, bukan lagi 10 tahun seperti waktu aku selalu berlindung dibalik punggung kakak! Aku mohon, izinkan aku naik taksi saja menuju kesana!” kata Sakura terus memohon.
“Aku katakan sekali tidak tetap tidak, nona Sakura!” tegas dan keras hingga membuat Sakura menutup telinganya. Tak lama kemudian ponsel milik Sakura berbunyi.
“Halo!” dengan nada marah Sakura mengangkat ponselnya. “Sakura sayang.. kok marah gitu nadanya? Kamu ada masalah dengan kakakmu ya?” tanya Ibu Sakura dengan tenang. “I.. ibu.. maaf, bu. Tidak aku sedang tidak ada apa-apa dengan kakak.”
“Benarkah?” tanya ibunya tak percaya. Tiba-tiba ponsel Sakura direbut oleh kakaknya, “Berikan padaku! Halo ibu, kami tak apa-apa. Ibu sendiri bagaimana?”tanya kakanya sambil menjulurkan lidah.
Hah.. Sakura hanya bisa menghembuskan nafas. Dan difikirannya tertera jelas PASTI TIDAK BOLEH!
:(
Shinichi hanya bisa melihat jam didinding yang muali larut malam, “Apa sih maunya anak ini pulang malam-malam?” tanya dia dalam hati dengan kesal. Berulang kali dia menelfon, ponsel dimatikan. Tak lama kemudian ponsel Shinichi berbunyi, “Halo?”
“Hei, Kudo! Kau sudah siapkan untuk besok? Aku sudah siapkan tiket nontonnya, kau juga menginap dihotel yang aku pesankan. Bagaimana?” tanya Heiji dengan semangat.
“Hm.. Heiji, kau tahu kemana Raft pergi? Dia belum pulang hingga sekarang,” ujar Shinichi khawatir. “Tenang saja, dia hanya melihat balapan liar seperti biasanya. Sepertinya kau sangat khawatir padanya, Kudo. Ada apa?”
“Tak apa.. aku hanya ingin bertanya sedikit,” Shinichi hanya dapat menghembuskan nafasnya. “Hei, Kudo. Kau nanti datang kelapangan menggunakan taksi ya. Aku ada perlu menjemput adiknya kawanku. Tak apakan?” tanya Heiji.
“Hah.. kalau itu aku tak apa. Ya sudah, sampai jumpa besok,” ujar Shinichi sambil menutup poselnya.
:(
“Kenapa sih Kudo mengkhawatirkan Raft? Bukannya sudah biasa dia pulang malam?” tanya Heiji dalam hatinya. Sekarang Heiji sedang berada ditoko buku untuk mencari-cari novel yang dia incar selama ini. Tiba-tiba dari belakang ada yang menepuk bahunya. “Sedang apa kau disini, Heiji?” ternyata Itachi mencari bacaan untuk Sakura.
“Nagashima, aku sedang mencari novel yang selama ini aku cari. Dan lihat.. aku mendapatkannya. Kau sendiri?” Heiji melihat-lihat kearah belakang Itachi. “Mana adikmu yang menyebalkan itu?”
“Haha.. dia menyebalkan ya? Tak usah kaget, kau harus terbiasa dengannya karena dia akan tinggal di Tokyo selamanya. Ya kalau tak ada gangguan gugat dari ibu kami.” Heiji hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala, “Tadi apa yang kau cari?”
Padahal didalam fikiran Heiji itu merupakan kutukan bila adik Itachi berada di Tokyo untuk selama-lamanya. “Datanglah petaka padaku dengan pelan-pelan lalu hancurlah aku,” fikirnya dalam hati.
“Aku mencari buku yang bisa membuat Sakura diam ditempat dan tak banyak bergerak,” jawab Itachi dengan senyuman manisnya. “Baiklah kalau begitu aku duluan ya? Sampai jumpa besok.”
:)

0 Comments:

Post a Comment